Selasa, 18 September 2012

Now, i Know how that feel..


10 menit sebelum berakhir pelajaran bidang biologi yang cukup membuat pusing, saya dapet kesempatan untuk menjelaskan ulang penjelasan pelajaran biologi yang diajarkan di hari sebelumnya, menjelaskan depan temen-temen kelas, saya pun tanpa basa-basi langsung kedepan dan berlagak seperti guru biologi yang lihai.
Setelah selesai menjelaskan, saya langsung mendapatkan beberapa hal yang menurut saya penting, dan saya selalu mengabaikan hal tersebut.
Bab proses Katabolisme pada Protein, Polisakarida, dan Lemak, memang sedikit membuat pusing, bu Dwi, guru mata pelajaran biologi yang mejelaskannya pun mengakui bahwa bu Dwi harus merangkum materi dari 23 halaman menjadi beberapa bagan sederhana dengan bahasa yang lebih gampang dimengerti pun perlu waktu 1 minggu hingga 2 minggu, alhasil anak-anak yang mendengarkan penjelasan tersebut merasa bahwa otak kita “konslet”.
Penjelasan tersebut selesai, dan masih menyisakan waktu 10 menit terakhir sebelum kelas biologi bubar, nah pada menit terakhir itu saya maju untuk menjelaskan bab sebelumnya didepan temen-temen kelas, karena mendapat perintah bu Dwi dan ditawarkan dengan nilai yang membuat saya terpesona, jadi saya memilih untuk menjelaskan.
Situasi kelas di menit terakhir memang sudah tidak kondusif, ditambah dengan “konslet”nya otak temen-temen sekelas, jadi wajar saja kalau penjelasan saya benar-benar tidak didengar, ada yang acuh, bicara sendiri, masang headset, tidur, buka novel, DLL..
Pada saat itu saya tidak ada sama sekali perasaan kesal ataupun marah, akan tetapi saya menjadi sadar akan beberapa hal.
1.      Menjadi Guru adalah hal yang tidak mudah
Berbicara di depan lebih menghabiskan tenaga, saya berpikir mending nyanyi daripada jadi guru sambil ngomel-ngomel didepan, belum lagi kita harus ekstra sabar menjelaskan pelajaran agar murid yang diajarkan menjadi lebih mudah mengerti, dan menciptakan suasana yang menyenangkan dan asik itu susah, menurut saya sendiri pun menjadi guru itu serba salah, terkadang guru sering disalahkan, padahal yang salah itu murid, intinya mah sangat melelahkan dan susah jadi guru.
2.      Makan hati apabila jadi guru muridnya…..
Bayangkan kita menjadi guru, pada saat itu muridnya banyak yang tidak memperhatikan, ada yang tidur, pasang headset, ngobrol sendiri, dan acuh, ini sangat menghancurkan hati guru, pasti hancur, ini nggak lebay lho, serius, apabila sang guru membentak marah memang murid akan menjadi memperhatikan akan tetapi saya yakin suasana persahabatan antara sang guru dan murid akan hilang, dan akhirnya bakal ngga kondusif suasana pembelajaran, dan sang guru akan kena omel oleh sang kepala sekolah karena hal tersebut, serba salah memang. Sang guru akan merasa ter-dzolimi, lalu sang murid pun ilmuya tidak akan diberkahi, apa yang didapatkan sang murid hanya capeknya doang.
Pengalaman menjadi guru sepuluh menit, lalu mendapatkan keadaan tersebut membuat saya seperti berkaca pada cermin dan melihat diri saya sendiri yang sedang mengacuhkan guru, hal tersebut membuat hati saya JLEB lah pokoknya.
Sebenarnya nulis akan hal ini sangatlah berat, terkadang saya pun sering tidak mendengarkan penjelasan guru dengan serius, pengen berubah, tapi keseringan khilafnya, setelah dipikir-pikir dan  berniat sharing ke temen-temen, saya ingin menekankan, bahwa kita harus merubah sikap buruk kita terhadap guru, kalo saya jujur agak susah untuk berubah karena kalo udah otak saya tidak bisa mencerna suatu pelajaran, saya bakal sibuk sendiri dan tidak memperhatikan, tapi jangan kira saya gak coba buat berubah lho.
Wajib diingat, jika kita membutuhkan suatu ilmu, hanya guru yang akan membagi ilmunya bahkan dengan ikhlas, tanpa pamrih, kalau udah sadar akan hal ini, berterima kasihlah pada guru-guru kita.
Meski saya telat menyadarinya...
Setelah menulis ini, saya pun minta maaf ke guru-guru karena saya pernah mendzolimi mereka dengan sikap buruk saya. [Atsumichi_453]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar