Ketika Hujan
Hujan, sedikit rindu dengan cuaca yang satu ini, setelah beberapa
minggu tanpa hujan akhirnya sore ini Allah menurunkan keberkahannya lagi, meski
deras aku yakin banyak yang tersenyum karena hujan sore ini.
Aku pun merasa senang entah kenapa, dari kecil pun Umi pun tahu
kalau aku menyukai hal seperti ini, udara dinginnya, airnya, dan mendapatkan
demamnya karena ada alasan untuk tidak sekolah hahaha…
Tapi berbeda sekarang, aku mungkin dianggap MKKB (masa kecil kurang
bahagia) apabila masih menikmati hujan dengan cara masa kecilku, ataupun dianggap
sedikit gila,tapi rindu juga menikmati hujan dengan cara itu, jadi di hujan ini
lah aku terdiam duduk sambil menikmati angin dingin yang berhembus, membuatku sedikit menggigil
memang, tapi terasa indah karena aku mencintai hal seperti ini, lalu aku
memikirkan banyak hal yang sering membuatku bimbang.
Aku, berpikir panjang tentang keadaan diriku sendiri, apa yang terjadi selama ini, dan banyak
hal yang telah kujalani, dimana ada satu hal yang menekan diriku
akhir-akhir ini, entahlah merasa tertekan sangat tertekan, aku menulis hal ini
lah dimana aku merasa seperti menyerah
akan hal ini semua, tapi kebingungan masih terus melanda, aku menjalani, terus
berusaha untuk apa-apa yang kulakukan, ataupun yang memang harus
dicapai, tapi dengan perasaan takut, khawatir, dan selalu merasakan akan hal
ini.
Ya
aku merasa seperti dalam keadaan bimbang, kenapa diriku bodoh, kenapa tidak
bisa, kenapa selalu seperti ini, ya mungkin kalian orang-orang “pintar”
apabila membaca hal ini akan mengatakan “manusia tidak ada yang bodoh
fatih”, “kamu pintar qo fatih” ataupun akan memotivasi dengan hal-hal yang
sebenarnya malas kudengar, ingin aku jawab seperti ini, “kenapa orang
secerdas kalian, ketika menasehatiku tiba-tiba menjadi bodoh??”, kenapa aku
menjawab seperti itu?, hey kalian orang cerdas, coba pikirkan lihat dan
pahami?, aku sadar aku tidak bodoh sangat sadar, akan tetapi keadaanlah yang
membuktikan kalau aku bodoh, pahami sendiri, lihat sendiri, untuk itu kalian yang
cerdas jangan menjadi bodoh karena memberi nasihat.
Iri,
memang melihat kawan sekelas, mereka pintar, mereka bisa, mereka bisa membuat
orang-orang terkagum dengan apa yang mereka punya, mereka dapat
perilaku yang berbeda, dan jujur akupun sebenarnya malu berteman
dengan mereka, sudah menjadi kebiasaan, kalau mereka berkumpul aku pasti
menjauh.
Ya
mengenai masalah cintapun, perempuan normal pasti lebih suka orang yang
cerdas dan mapan itu lebih menjaminkan?, aku mengerti sekarang.
Kenapa
aku lebih senang menjauh, tak jauh pula terkadang keluar rasa dengki, untuk
sekarang masih sangat mudah ditepis rasa dengki itu, dan aku ingin menjauhi
rasa dengki itu.
Yang
paling aku takutkan adalah orang tua, aku berpikir, kenapa aku harus menjadi
cobaan bagi orang tuaku?, ini membuatku merinding, dan sakit.
Dan
jujur, aku benci kata-kata motivasi, itu sangat membuatku tertekan, takut,
benci, dan itu semua membuatku bertanya “Kenapa harus terjebak disini??”,
Kadang
motivator, disamping mereka memotivasi, akan tetapi mereka hanya membuat
semua itu seakan mudah, dan tidak mengerti keadaan, itu penilaianku kepada
kalian para “MOTIVATOR”
Yang
cerdas.
Baiklah,
penutup dari tulisan ini adalah, aku minta maaf, mungkin tulisan ini termasuk
tulisan sarkasme, aku tahu kalian para pembaca akan meniliai bahwa ini tulisan
penuh kedengkian, ini adalah bentuk tulisan yang lahir karena tekanan,
jujur saja, tekanan akademik yang sangat membuatku khawatir.
Tapi
bukan berarti aku membuat tulisan ini tanpa ada pergerakan, justru aku semakin
tergerak untuk berubah meski dalam keadaan yang menekan, aku harus
jalani ini, hanya curhatan tidak akan mengubah semua ini, aku akan
selalu berusaha.
Dan
juga, mungkin aku menulis ini karena iman sedang lemah, kuakui iya
tiba-tiba aku merasa lelah.
Dan
gara-gara tulisan ini para pembaca yang mempunyai status sebagai
teman saya, jangan berhenti untuk memotivasi dan menasehati aku yang
lemah tanpamu, eh salah, aku yang lemah ini. [Atsumichi_453]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar